Sabdo Palon Noyo Genggong
(lima abad sudah Buddha Dharma kembali ditanah Jawa)
(relief Sabdo Palon dan Noyo Genggong pada candi sukuh)
1. Ingatlah kepada kisah
lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang
Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh
Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”
(Sabdo Palon versi Jawa yaitu Semar)
4. Berpisah dengan Sang Prabu kembali
ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun
saya akan mengganti agama Budha lagi, saya sebar
seluruh tanah Jawa.
(Sabdo Palon Versi Bali Yaitu Tualen/Malen)
5. Bila ada yang tidak mau memakai,
akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah
hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan
datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan
laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir ke Barat
Daya. Baunya tidak sedap. Itulah
pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7. Kelak waktunya paling
sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang
menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir
besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi
tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri
lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa
sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam
bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak
mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita
rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga.
Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
10. Bumi sudah
berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang
dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak
moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11. Manusia bingung
dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan
negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan
disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di
tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit
luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin
besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir
sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13. Seperti lautan
meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang
hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun
terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung
besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga
menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau
dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh
kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah
brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di
sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat
sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon
yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya.
Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya
kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi
kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Baik bener tulisanya boss